Tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk meyakini Dia yang sedang menjadi buah bibir itu pun menjadi sumber inspirasi dalam hidupku. Terlebih lagi menjadi sumber kehidupan yang menyemangati aku. Bahkan menjadi keyakinanku dalam menjalani pekerjaanku. Seperti istilah di zaman ini yang sedang ngetren “kunci keberhasilan” atau seabrek istilah keren lainnya. Yang kusadari sepenuhnya aku tidak pernah bermimpi mengenal Dia seperti ini, seorang pengusaha yang sukses. Dengan kekayaan materi yang banyak dan pengikut yang setia menuruti perintahku. Kalau orang berbicara tentang aku, mereka selalu beranggapan bahwa aku matre, tukang ngompas uang, tukang pukul, tukang paksa, atau apalah itu. Ah…aku masa bodoh dengan apapun yang mereka katakan. Yang penting aku adalah pemungut cukai yang sangat disegani di seluruh Yerikho tempat aku berada dan menjadi wilayah kekuasaanku sekarang. Aku bangga menjadi diriku sendiri.
Sebenarnya, di dalam hati kecilku aku sangat merindukan ketenangan. Ketenangan dalam menjalani aktivitasku. Aku sangat ingin merasa nyaman. Baiklah, aku jujur dalam perasaanku. Andai saja aku bisa memilih, aku sangat ingin menjadi orang yang dikasihi. Terasa aneh ya dengan apa yang kurasakan saat ini. Kalau mungkin seorang psikolog menemuiku, mungkin saja dia akan berkata “kamu kesepian”. Yaaaahhh memang benar. Sebenarnya, aku sangat kesepian. Tidak ada orang yang menyayangi aku, memperhatikan aku. Yang ada adalah mereka ketakutan kepadaku. Mereka seakan melihatku seperti virus atau bahkan kanker yang semestinya dihindari. Ahhh…masgulnya
Selain itu, hal yang sangat terasa berat lagi adalah di kala aku hendak tidur. Aku sering kali menganggap tidur adalah waktu terakhir dalam hidupku. Artinya, tidur semestinya dijauhkan dalam hidupku, sebab aku sangat takut terhadap kematian. Andai saja tidur itu adalah waktu terakhir di dalam hidupku, kemana aku akan pergi. Kalau dalam keyakinanku, aku akan berada dalam dimensi kehidupan lain yang menyeramkan, Dimana akan ada api kekal yang menyambar tubuhku, menghanguskan dagingku, dan membuatku menjerit ketakutan sepanjang abad.
Melewati hari-hariku yang sunyi, aku mulai mencari kesejukan itu. Tidak perduli tentang buruknya anggapan mereka, seberapa besar harta yang telah aku kumpulkan itu akan hilang, atau bahkan meninggalkan kesuksesan pekerjaan yang sedang kukerjakan saat ini. Yang penting, aku harus mencari kesejukan itu. Harus....
Di pagi hari yang indah itu, aku mendengar selentingan kabar bahwa Dia akan datang melewati kotaku. Dia yang selama ini diam-diam menumbuhkan rasa penasaran dalam hatiku. Kudengar kalau dia selalu membuat orang lain terpesona dengan kata-kata bijaknya. Dia yang selalu megang tangan dengan belas kasih. Dia yang membuat banyak mujizat kesembuhan, terakhir menyembuhkan orang buta dekat kotaku. Yang kumengerti Dia adalah tokoh agama yang luar biasa. Meskipun dia ditolak dimana-mana, tapi dampak khotbahnya luar biasa menggegerkan. Dia sangat bersahaja, lemah lembut, sabar, rendah hati tetapi jangan salah, Dia kudengar pernah marah ketika rumah tempat Dia beribadah dijadikan pasar dadakan. Bagiku itu tidak salah, masa rumah tempat ibadah dijadikan pasar dadakan, mall kaleee yang bisa dibuat pasar. Selain itu, Dia mau duduk bersama kaum yang terpinggirkan. Lihat saja, apakah ada pejabat yang mau makan bersama orang-orang miskin, kalau gak karena kampanye. Dia malah tidak ikut ikutan melempari perempuan pendosa dengan batu, dengan santai dia berucap “lempar aja perempuan itu kalau merasa belum pernah berbuat dosa selama hidup di dunia”. Aku tau maksudnya, Dia ingin bersahabat dengan siapapun. Apakah dengan aku juga. Aku bergegas bersiap-siap melihatNya dari dekat. Tetapi aku tidak ingin dilihat siapapun di sini. Aku tau Dia akan melewati jalan ini. Nah…itu pohon yang kucari. Dia tidak akan melihatku bersembunyi di situ, bahkan orang lainpun tidak akan menyangka aku berada di atas, karena aku pendek, dan kecil. Cukup kecil jika dibandingkan rimbunnya dedaunan pohon ara ini. Di dalam hati kecilku, aku ingin sekali mendengar cerita bijak dan penuh harapan, agar aku pun menemukan kesejukan di dalam hidupku. Itu dia..yah itu dia. Aku bisa melihatnya. Ternyata wajahnya penuh ketenangan, padahal banyak orang yang mengikutinya. Senyumnya sangat menentramkan. Aku mulai merasa berdebar-debar, Dia mendekat, mendekat kearah pohon ara ini. Semoga tidak seorangpun mendongakkan kepalanya, aku malu jika ketahuan.
Bagai disambar geledek aku terhenyak, benarkah dia memanggilku. Sekali lagi “Turunlah, aku mau menumpang di rumahmu? Benar kah? Ini bukan mimpi. Aku mencubit kulit tanganku..aduh, sakit! Berarti nyata adanya. Dia melihatku, Dia memanggilku turun, Dia mau bermalam di rumahku. Aku turun dan sama sekali tidak perduli dengan tatapan sinis mereka. Aku tau, aku mendapatkan apa yang kucari. Aku menemukan kesejukan itu. Aku menemukannya dalam diriNya. Dia mencariku, Dia menerimaku apa adanya. Tidak seperti mereka yang selalu mengganggapku pendosa. Aku berdiri di hadapNya. Entah kekuatan dari mana, aku meloncat dengan sukacita, aku berseru “ Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” masa bodoh dengan kenikmatan dunia yang kujalani ini.Bagai diberi durian runtuh, aku mendengar Dia menjawabku “Hari ini telah terjadi keselamatan di rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”. Dengerin, jika Dia bisa datang kepadaku yang penuh dengan dosa dan kemunafikan ini, masakan Dia tidak mau datang kepadamu kalau engkau mau membuka pintu hatimu buat dia hari ini. Tidak ada kata terlambat, bukalah hatimu buat Dia.
Rabu, 18 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar