Senin, 27 Oktober 2008

Sumpah Pemuda.....sudah 80 Tahun lho!

Hari ini tepat 80 tahun lalu Sumpah Pemuda diucapkan dengan tekad Bersatu dari semua kepelbagaian. Tidak terasa, waktu terus bergulir. Kalau diumpamakan buah kelapa, usiannya sudah cukup tua dan banyak minyaknya. Sudah cocok untuk dijadikan santan yang kental dan enak. Kalau diumpamakan padi, usianya sudah siap untuk dipanen, semakin hari semakin gemuk bulirnya dan merunduk. Lalu kalau diumpamakan manusia, ia sudah tua dan lebih bijak karena pengalaman hidup sudah sangat banyak.

Tetapi tidak segampang itu mengandai-andai hari bersejarah itu. Seorang Mattulada pernah berkata bahwa generasi muda itu mampu melihat fajar sebelum orang lain sempat melihat matahari(dikutip dari kompas hari ini)
Bayangin aja, jika Pemuda itu diibaratkan seperti itu maka Pemuda selayaknya lebih tajam dan memiliki indera kuat dalam menyikapi segala permasalahan yang terjadi di masa kini. Ia bahkan diyakini mampu menata ulang pemikiran yang salah dari generasi sebelumnya, lalu kemudian menciptakan suatu gebrakan pencerahan yang penting untuk sebuah reformasi.

Saya jadi teringat waktu masa reformasi dulu di tahun 1998. Pemudalah yang memprakarsai semangat Reformasi sehingga Rezim Orde Baru itu runtuh. Pemuda dari berbagai kalangan, daerah, dan usia, bersatu-bertekad-bersuara demi runtuhnya Rezim otoriter.

Lalu, sekarang, setelah 80 tahun berlalu, dan setelah 9 tahun sebuah Reformasi yang diperjuangakan itu, berlalu sudah...apa yang baru lagi dari Pemuda? Saya melihat tayangan TV dimana-mana perayaan Sumpah Pemuda berkisar pada Upacara, Retorika dan Orasi. Ada sejumlah media yang mengadakan lomba intelektual seputar Sumpah Pemuda. Hanya saja, coba lihat hal lain. Tidak sedikit tawuran antar pelajar meresahkan. Banyaknya yang menyebut dirinya Pemuda justru menjadi preman, perempuan nakal dan sejumlah predikat negatif lainnya sudah ada tertera di badge yang dibuat Pemuda itu sendiri.

Sungguh naif bila menyebut semua Pemuda seperti itu. Ada sejumlah Pemuda yang mengukir sejumlah prestasi di luar negeri. Tidak sedikit yang mampu mengalahkan negara lain dalam berbagai olimpiade intelektual.

Tidak sedang beromantis pada hari ini, setidaknya kenangan perjuangan bersatunya semua Pemuda dalam mengikrarkan sumpah Sehati-Sepikir dalam memperjuangankan kebenaran dan keadilan di tengah masyarakat, hendaknya tetap dipelihara, konsisten dan kritis. Pemuda sudah matang, Pemuda sudah pantas, Pemuda sudah bijak...jadi jangan menunggu generasi ini selesai.



Klik disini untuk baca selengkapnya..

Kamis, 23 Oktober 2008

Nenong Tante!!

Sudah sebulan ini Finley dan Farold, dua ponakan ganteng dan lucu, yang satunya berumur 3 tahun, yang satunya 1 tahun 8 bulan, tinggal di rumah kami. Rumah yang dulu biasanya dihuni 4 orang (kini tanpa papa lagi), plus Miki_anjing kesayangan adikku, sekarang riuh dengan tingkah pola kedua buah hati abang saya, ditambah ipar saya. Bisa dibayangkan, rumah yang setiap hari sunyi_saya dan adik saya sibuk dengan aktivitas masing-masing, mendadak riuh dengan teriakan “jangan!” ,“ga boleh”, “nakal ya!” dan beberapa sinonimnya. Saya sampai terkadang marah, tetapi dipendam karena ponakan seolah tidak perduli apakah tantenya nyaman dengan ulah mereka. Hahaha..tapi itulah mereka, sayapun pernah sekecil mereka, dan karena itu saya pun harus selalu
mencoba memikirkan apa yang mereka pikirkan. Duh….

Seperti hari-hari sebelumnya, sebelum saya pergi seperti biasa saya mencium pipi Finley dan Farold. Alhasil, si kecil farold sambil berlari dengan kedua tangan ke atas, berteriak :”nenong tante”. Sayapun langsung menggendongnya, walau hanya sebentar karena terburu-buru harus segera berangkat. “Ga nyerah juga nih anak” bisikku dalam hati. Abisnya, dia seolah punya lem di badannya, tidak mau melepas dirinya dari pelukan. Mau tidak mau, saya harus bilang,”sayang, tante mau pergi dulu ya…” sambil mengecup pipinya.

Di jalan, sambil terus hari-hati pada pengendara motor lainnya tentunya, saya berpikir kembali mengingat peristiwa tadi. Saya baru ingat kalau Farold sering kali berlari-lari mendekati saya, sambil menaruh kedua tangannya di atas kepalanya, dan berteriak “ nenonggggggggggg tanteeeeeeee”, merengek dengan mata yang lucu. Saya geli mengingatnya. Tapi kemudian saya jadi berpikir, sepertinya setiap kali saya terlihat rapi (baca: seperti hendak bepergian), ataupun sedang memegang motor, dia melakukan hal yang sama. Tetapi, saat saya santai, duduk, hendak mengendongnya, dia berlari menjauh sambil berterik “mauuuuuuuuuuu” (bahasanya ga mau) ataupun “asssssssss” (bahasanya awas).

Hahahaa…saya jadi tertawa sendiri sepanjang jalan. Ternyata seorang anak kecil, berusia 1 tahun 8 bulan, sedang melalukan taktik politik terhadap tantenya. Saat dia memiliki keinginan tertentu, dia baru akan datang mendekat dan merayu. Saat keinginannya tuntas, maka iapun akan menjauh.

Lalu, sadar tidak kalau kitapun seringkali melalukan hal yang sama. Saat kita ada maunya terhadap orang lain, saat kita ada kepentingan tertentu terhadap orang lain, saat itu juga kita akan menjadi orang yang approachable. Welcome pada siapapun, ramah dan penuh senyum pada siapun. Bahkan kadang-kadang kelewatan menurut saya, jika ada maunya maka untuk mencapai tujuan “itu” dengan mudah membuka relasi terhadap yang berkentingan, menderma, visitasi dan segudang aktivitas lainnya.

Sesudah itu, selayak abis manis sepah dibuang. Tidak ada keramahan, tidak ada tangan yang terentang tadi, yang ada hanya “buang muka” seolah tidak pernah kenal. Gampang sekali melihat sinonimnya, apa pernah memperhatikan janji-janji calon pemimpin? Biasanya selalu menjanjikann yang indah-indah, membuka rumah untuk makan bersama, pengadaan fasilitas ini-itu. Apa dikata, setelahnya…kayak amnesia berat syukur aja tidak mejadi penyakit alzeimer , berkunjungpun ke daerah bencana hanya untuk nyetor wajah. Baru-baru ini (duh maaf kalau tersinggung) teman saya pernah berkata “ntar kalau nanti saya tidak ada kerja lagi, maka saya akan dekati dia (musuh bebuyutannya). Saya akan baikan dengan dia, dia kan orangnya kalau dibaik-baiki langsung menolong” Cuih…sebusuk apa rencana itu?

Tidak terasa saya sudah sampai ke tempat tujuan saya. Pikiran saya kembali melayang kepada Farold, kangen juga pada politik approachnya  Semoga kalau sudah besar nanti tidak lagi berpolitik seperti itu..lalu, bagaimana dengan Kita? Saya berasumsi, kalau kita tidak pernah melalukan hal yang sama, jika ya berarti apa bedanya dengan Farold, seorang anak berusia 1 tahun 8 bulan? Haiya…



Klik disini untuk baca selengkapnya..

Rabu, 22 Oktober 2008

No return

Kemarin saya mengunjungi blog milik teman baik saya. Saya sangat tertarik pada tulisannya “no return..” Kesan pertama judulnya sangat menarik.

Biar saya jelasin lebih dahulu apa yang ditulisnya. Baginya, ketika sudah memilih satu jalan hidup, commitment and faithful on that way harus selalu berbarengan. Kelihatannya mudah, tetapi ternyata, jalan yang ditempuh dalam “mempertanggungjawabkan” pilihan jalan hidup itu susahnya bukan main. Awalnya memang penuh semangat, ditengah jalan seringkali harus terengah-engah untuk tetap berjalan di jalan yang sama.

Kalau bisa saya terjemahkan begini. Perjalanan hidup jika mengalami pergeseran pijakan, sudut tempuh jalan yang berbeda makin lama akan tercipta. Sedikit demi sedikit jalan hidup akan melenceng dan lama kelamaan, entah disadari atau tidak, titik perhatian hidup kitapun akan berbeda dari standar pilihan hidup terbaik. Nah, kalau sudah begini bukan siapun yang disalahkan…selain diri sendiri. Akibatnya seringkali penyesalan akan timbul dikemudian hari. Kayak orang lain selalu bilang, buat apa menyesal nasi sudah menjadi bubur. Pada intinya tidak mungkin kembali ke masalalu untuk mengubah apa yang sedang dijalani sekarang ini.

Lalu saya termangu, sekian jam saya berpikir melihat ke diri saya sekarang ini. Tidak gampang membuat hidup ini konsisten pada jalannya. Saya termasuk orang yang gemar mencoba hal-hal yang baru, walaupun teman saya sering kali berkata “kayak sedang mencoba gantung leher sendiri”. Hehehe, saya hanya tertawa setiap kali saya ketiban masalah. Jika ada masalah biasanya, mulai mereka-reka apa yang kemudian akan terjadi, parahnya seringkali saya malah milih escape dari masalah itu sendiri(Baca: melarikan diri, membuat dunia baru, lalu berjalan lagi dari nol)

Tenyata benar, itu bukan saja akan membawa dampak negative, bahkan dampak negativenya bisa seperti bom waktu, penyesalan dan putus asa suatu saat kelak. Baru-baru ini saya menyesali banyak kejadian di masa lalu yang menurut saya tidak seharusnya saya lalukan. Tapi tidak mungkin kembali untuk merubahnya kan? Apakah bisa membuat baju yang sudah usang menjadi baru kembali. Itu bagaikan membuat api di dalam sumur .

Tetapi apakah hanya sampai disitu saja semuanya? No return…menakutiku kembali dan menerorku. Saya kembali berdiskusi dengan hatiku, kesempatan untuk kembali ke masa lalu tidak akan pernah terjadi sampai ajal datang. Menyerahkah?? Tenyata masih ada kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki diri saat sekarang ini untuk dapat menjalani pilihan hidup yang benar terbuka lebar. Kualitas dan penghormatan terhadap diri sendiri ternyata masih tetap dapat dibuktikan. Jadi, sebelum terlambat benahilah sekarang segala yang compang-camping di masa lalu. Masa lalu tidak mungkin bisa dirubah, masa sekarang adalah yang dijalani dan masa depan adalah bukti perjalanan hidup masa sekarang. (Thank you, Ry)


For my beloved Daddy….I love you much, more than you’ve ever known



Klik disini untuk baca selengkapnya..