Hari ini tepat 80 tahun lalu Sumpah Pemuda diucapkan dengan tekad Bersatu dari semua kepelbagaian. Tidak terasa, waktu terus bergulir. Kalau diumpamakan buah kelapa, usiannya sudah cukup tua dan banyak minyaknya. Sudah cocok untuk dijadikan santan yang kental dan enak. Kalau diumpamakan padi, usianya sudah siap untuk dipanen, semakin hari semakin gemuk bulirnya dan merunduk. Lalu kalau diumpamakan manusia, ia sudah tua dan lebih bijak karena pengalaman hidup sudah sangat banyak.
Tetapi tidak segampang itu mengandai-andai hari bersejarah itu. Seorang Mattulada pernah berkata bahwa generasi muda itu mampu melihat fajar sebelum orang lain sempat melihat matahari(dikutip dari kompas hari ini)
Bayangin aja, jika Pemuda itu diibaratkan seperti itu maka Pemuda selayaknya lebih tajam dan memiliki indera kuat dalam menyikapi segala permasalahan yang terjadi di masa kini. Ia bahkan diyakini mampu menata ulang pemikiran yang salah dari generasi sebelumnya, lalu kemudian menciptakan suatu gebrakan pencerahan yang penting untuk sebuah reformasi.
Saya jadi teringat waktu masa reformasi dulu di tahun 1998. Pemudalah yang memprakarsai semangat Reformasi sehingga Rezim Orde Baru itu runtuh. Pemuda dari berbagai kalangan, daerah, dan usia, bersatu-bertekad-bersuara demi runtuhnya Rezim otoriter.
Lalu, sekarang, setelah 80 tahun berlalu, dan setelah 9 tahun sebuah Reformasi yang diperjuangakan itu, berlalu sudah...apa yang baru lagi dari Pemuda? Saya melihat tayangan TV dimana-mana perayaan Sumpah Pemuda berkisar pada Upacara, Retorika dan Orasi. Ada sejumlah media yang mengadakan lomba intelektual seputar Sumpah Pemuda. Hanya saja, coba lihat hal lain. Tidak sedikit tawuran antar pelajar meresahkan. Banyaknya yang menyebut dirinya Pemuda justru menjadi preman, perempuan nakal dan sejumlah predikat negatif lainnya sudah ada tertera di badge yang dibuat Pemuda itu sendiri.
Sungguh naif bila menyebut semua Pemuda seperti itu. Ada sejumlah Pemuda yang mengukir sejumlah prestasi di luar negeri. Tidak sedikit yang mampu mengalahkan negara lain dalam berbagai olimpiade intelektual.
Tidak sedang beromantis pada hari ini, setidaknya kenangan perjuangan bersatunya semua Pemuda dalam mengikrarkan sumpah Sehati-Sepikir dalam memperjuangankan kebenaran dan keadilan di tengah masyarakat, hendaknya tetap dipelihara, konsisten dan kritis. Pemuda sudah matang, Pemuda sudah pantas, Pemuda sudah bijak...jadi jangan menunggu generasi ini selesai.
Senin, 27 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar